Jumat, 13 Juli 2012

Deep-lying playmaker = Andrea Pirlo

 

Ketika dunia membutuhkan protoype sebagai contoh atau model yang paling kompatibel untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan Deep-lying playmaker, muncullah Andrea Pirlo (terutama ketika dia mulai bermain untuk AC Milan di musim 2001-2002).  

Sejak saat itu, Deep-lying playmaker pun mulai dikenal dunia dan semakin eksis ketika AC Milan menunjukkan dominasinya di UCL 2003 s.d UCL 2007. Namun di era itu, kontribusi Pirlo sebagai Deep-lying playmaker untuk efektivitas kemenangan AC Milan bisa dibilang relatif lebih "inferior" jika dibandingkan dengan Shevchenko, Kaka, Inzaghi dalam menyerang dan menghasilkan gol, serta Gattuso dan Seedorf dalam mematahkan serangan lawan. Hasilnya Ballon D'Or dianugerahkan ke Kaka (2007) dan Shevchenko (2004).  

Peran Pirlo sebagai Deep-lying playmaker sekaligus roh permainan AC Milan sebenarnya makin dominan ketika Kaka pindah ke Real Madrid, namun ironisnya, pada 31 Mei 2009, Carlo Ancelotti yang notabene merupakan sosok pelatih yang mampu mengeksplorasi talenta dan potensi Pirlo untuk berperan sebagai Deep-lying playmaker memutuskan untuk mengundurkan diri dari kursi kepelatihan AC Milan.   

Leonardo dan Massimiliano Allegri yang menjadi suksesor adalah dua sosok pelatih yang memiliki filosofi dan strategi permainan yang berbeda dengan Ancelotti, dan hal ini berimbas pada tidak maksimalnya performa Andrea Pirlo sebagai Deep-lying playmaker. Dibawah kepelatihan Massimiliano Allegri, di musim 2010-2011 Pirlo hanya tampil 17 kali dan "cuma" menghasilkan 1 gol dan 3 assists untuk AC Milan. Hal inilah yang membuat Pirlo memutuskan untuk hengkang dari AC Milan dan gabung ke Juventus sebagai free-agent.   

Strategi, taktik dan filosofi permainan seorang pelatih sangat berpengaruh terhadap performa pemain, Di Juventus, Antonio Conte pun memperlakukan Pirlo seperti yang dilakukan oleh Ancelotti di AC Milan, yaitu Andrea Pirlo dijadikan sosok sentral sebagai Deep-lying playmaker dan diberi kebebasan dalam berkreasi di atas lapangan. Performa Pirlo pun kembali bagus di Juventus dengan 13 assists (terbanyak di Serie A) dan 3 goal dari 37 penampilan di Serie A 2011-2012 dengan formasi 3-5-2 dan 4-3-3 ala Conte.  

Di putaran final Euro 2012 ini, Cesare Prandelli dengan cerdik mengkolaborasikan apa yang telah dilakukan Ancelotti dan Conte dengan tetap "mengistimewakan" Andrea Pirlo sebagai Deep-lying playmaker. Prandelli menerapkan 3-5-2 seperti yang dilakukan Conte dan 4-3-1-2 (Kaka = Montolivo = Trequartista) seperti yang dilakukan Ancelotti.  

Dengan Cesare Prandelli sebagai pelatih, peran Deep-lying playmaker Pirlo semakin optimal karena di-support oleh sesama pemain berkebangsaan Italia, terutama ketika bertransformasi dari bertahan ke Counter-attack, disertai perubahan ritme/tempo permainan yang di-regulasi oleh Pirlo.  

Kesuksesan Andrea Pirlo dalam menjalankan peran Deep-lying playmaker (baik di Juventus maupun timnas Italia) ini yang menjadi faktor mendasar kenapa Pirlo dijadikan salah satu kandidat kuat peraih Ballon D'Or.   
Pada dasarnya, Deep-lying playmaker membutuhkan attribut-attribut essensial, diantaranya: 
  1. Kemampuan melakukan umpan panjang dengan akurat. 
  2. Visi dan kreativitas. 
  3. Stamina, untuk bisa melakukan coverage lapangan, paling tidak 10km per game di liga-liga level atas. 
  4. Kemampuan melakukan umpan pendek dengan akurat dan first touch. Meskipun Deep-lying playmakers biasanya memiliki talenta dan kreativitas alami, mereka harus bisa memainkan umpan-umpan pendek simpel dalam melakukan ball possession dengan 1-2 sentuhan (first touch) dibawah pressing lawan, sekaligus untuk menghindari counter-attack ketika melakukan ball possession di separuh lapangan daerah lawan.   
Dengan hampir sempurna, attribut-attribut diatas telah dimiliki Pirlo. Yang membedakan Pirlo dengan Deep-lying playmakers lainnya (seperti Xavi) adalah, Pirlo juga memiliki teknik-teknik bertahan yang mumpuni; Tackling bersih, ketenangan menguasai bola di daerah sendiri dibawah pressure lawan sambil mengatur tempo.   

Jika secara individu Andrea Pirlo telah memiliki talenta yang komplit, maka satu-satunya faktor yang semakin memberi nilai relevansi baginya untuk meraih Ballon D'or adalah prestasi, yaitu membawa Italia menjuarai Euro 2012.

1 komentar:

saya bermain seperti pirlo !! kalau timnas indo mau hub saya ...

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More